Refleksi Generasi Muda Terhadap Tren Fashion Berkelanjutan 2025 Lewat Film OOTD
Ammara Meena

Sumber: IMDB
Mengawali tahun di 2025 tentunya juga membuka semangat dan jendela baru untuk kehidupan sehari-hari. Berbagai aspek penting dalam kehidupan manusia, salah satunya sandang, menjadi perhatian penting oleh sebagian besar orang terutama generasi muda. Padu padan busana dari tahun ke tahun tentunya memiliki tren tersendiri. Hal ini juga mempengaruhi bagaimana pasar lokal dan internasional, lewat berbagai desainer dan merek, seakan berlomba mengeluarkan edisi terbaru. Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan busana tidak hanya mengutamakan estetika penampilan saja, tetapi memahami bahan yang digunakan untuk kainnya. Tren fashion yang terus berjalan membuat masyarakat, khususnya konsumen dari kalangan muda, kebanyakan tidak menyeleksi jenis kain yang digunakan pada suatu pakaian. Sehingga, pembelian busana terus meningkat demi mengikuti tren, walaupun harus membeli pakaian dengan harga murah tanpa mengetahui dampaknya. Permasalahan bahan dasar kain menjadi lebih serius, karena lambat laun akan berdampak pada tubuh manusia dan alam sekitar. Kontribusi Film OOTD Dalam Perkembangan Fashion Di Indonesia Darurat akan kesadaran fashion ini ternyata juga berdampak pada industri perfilman tanah air. Film OOTD (Outfit of the Designer) yang tayang pada tanggal 25 Januari 2024 lalu di bioskop, disutradarai oleh Dimas Anggara dan diproduseri oleh Delly Malik, mengangkat tentang kehidupan dunia fashion yang jarang diketahui banyak orang. Nare (diperankan oleh Jihane Almira) memiliki cita-cita menjadi desainer ternama, dengan mengedepankan nilai-nilai berkelanjutan yang berfokus kepada keseimbangan antara fashion dan lingkungan. Film OOTD memperlihatkan bagaimana generasi muda juga harus mempunyai kepedulian terhadap dampak fashion kepada lingkungan, termasuk proses penggunaan bahan bahan pewarna pakaian yang alami. Dalam mendukung totalitas film, tim produksi memperkenalkan kekayaan dan keindahan fashion khas Indonesia yang dibalut dalam setiap rancangan busana yang dikenakan dalam film. Film #OOTD juga menggandeng 19 desainer ternama tanah air di antaranya adalah Edward Hutabarat, Deden Siswanto, hingga Pesona Kain by Didiet Maulana. Dampak Serius Zat Kimia Dalam Dunia Fashion Mengutip dari artikel “kontribusi Industri Tekstil dalam penggunaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Terhadap Rusaknya Sungai Citarum”, tentang penggunaan pewarna kimia sintetis yang mengandung bahan berbahaya beracun (B3), di antaranya adalah nonylphenol (NP) dan tributyl phosphate (TBP) sebagai bahan pewarna pengganti dari pewarna alami lebih mudah didapatkan di pasaran tanpa menunggu waktu yang lama. Hal tersebut dilakukan demi mempercepat proses distribusi pakaian yang relatif mudah berganti gaya dan motifnya, seiring pesatnya kemajuan fashion style di masyarakat. Adapun penggunaan bahan polyester, dikutip dari itb.ac.id pada Senin (03/02/2025) juga mengandung microplastic yang berbahaya untuk tubuh dan mencemari lingkungan, khususnya laut. Mengutip dari artikel rri.co.id pada Senin (03/02/2025) tentang bahaya paparan bahan polyester secara terus menerus dapat mengiritasi kulit dan risiko gangguan pernapasan. Berdasarkan Studi Literatur “Mikroplastik dalam Rantai Makanan Manusia” Universitas Airlangga pada tahun 2023, penggunaan kain dengan bahan mikroplastik beresiko dalam permasalahan kesehatan serius seperti stres oksidatif, peradagangan, sampai kanker. Selain itu, limbah anorganik yang bersifat non-degradable dari setiap pakaian fast fashion akan menumpuk seiring dengan maraknya pergantian tren fashion. Di tengah keseriusan dampak penggunaan bahan berbahaya pada busana, Indonesia ternyata masuk ke dalam jajaran 10 besar pengekspor pakaian di dunia, termasuk berkontribusi sebagai pengrajin tekstil dari berbagai merek internasional. Hal ini menjadi peringatan penting kepada masyarakat, khususnya kaum muda sebagai penikmat fashion untuk lebih cermat dalam pemilihan busana, serta bijak dalam pembelian. Adanya gerakan untuk mengikuti tren fashion berkelanjutan (sustainable fashion) di tahun 2025 menjadi langkah baik untuk mulai meminimalisir dampak negatif dari industri pakaian. Penggunaan busana ramah lingkungan dan sistem mix and match ala capsule wardrobe dapat menjadi alternatif untuk tetap tampil maksimal tanpa beresiko negatif untuk lingkungan.


