top of page
< Back

Representasi Budaya Sumba Melalui Fashion Dalam Film "Susah Sinyal"

Anisyah Isti Noviana

Representasi Budaya Sumba Melalui Fashion Dalam Film "Susah Sinyal"
Sumber: IMDB
Jakarta, 2025 – “Susah Sinyal”, sebuah film drama komedi garapan Ernest Prakasa yang pertama kali dirilis pada 21 Desember 2017, tak hanya berhasil menggugah emosi penontonnya lewat alur cerita yang mengharukan tentang hubungan antara ibu dan anak, tetapi juga menonjolkan penggunaan fashion yang menarik dan penuh makna. Film yang diperankan oleh Adinia Wirasti, Aurora Ribero, dan Refal Hady ini juga menampilkan kombinasi padu padan busana antara tradisional dan modern. Melalui berbagai gaya yang dikenakan oleh para tokohnya, film ini memperkenalkan fashion modern dengan sentuhan aksen khas Sumba, Nusa Tenggara Timur. Film ini mengangkat kisah tentang Ellen (Adinia Wirasti), seorang pengacara sukses yang terjebak dalam rutinitas dan konflik emosional dengan putrinya, Kiara (Aurora Ribero). Didasarkan oleh kurangnya komunikasi dan pemahaman satu sama lain, hubungan ibu - anak antara mereka semakin renggang. Suatu hari, Ellen memutuskan untuk membawa Kiara berlibur ke Sumba, sebuah langkah yang tak hanya untuk rekreasi, tetapi juga bertujuan untuk memperbaiki hubungan mereka. Sepanjang perjalanan, mereka tidak hanya berhadapan dengan masalah pribadi, tetapi juga menemukan kembali makna keluarga, pengorbanan, dan pentingnya koneksi emosional. Perpaduan Fashion Kasual dan Kain Tenun Sumba Kekuatan visual Dalam “Susah Sinyal” sangat mencuri perhatian lewat pilihan busana yang dipakai oleh sebagaian aktor, karena memperlihatkan kain tenun ikat khas Sumba. Padu padan antara gaya modern yang mengikuti tren global dengan keindahan detail kain tenun Sumba, memperlihatkan bagaimana film ini memiliki detail dalam membangun karakter tokoh lewat busana yang dikenakan. Salah satu tokoh yakni kiara (diperankan oleh Aurora Ribero), sering tampil menggunakan kaos dengan celana jeans atau jaket denim, dipadukan dengan unsur tradisional dari aksesori yang ia kenakan. Beberapa di antaranya adalah tas, syal, dan bandana berbahan kain tenun Sumba. Padu padan busana tersebut memberikan kesan santai, namun tetap mencerminkan kekayaan budaya lokal. Di sisi lain, karakter Ellen (Adinia Wirasti), seorang pengacara yang dikenal dengan gaya berbusana yang profesional, memancarkan aura elegan dengan tampilan modern melalui blouse dengan motif tenun Sumba. Pemilihan busana dilakukan dengan sangat hati-hati untuk setiap tokoh, terutama pada pemeran utama. melalui salah satu wawancara, sang desainer kostum dalam film ini menjelaskan bahwa mereka ingin menunjukkan bagaimana fashion dapat menggabungkan antara unsur tradisional dan modern. Ia melanjutkan bahwa kain tradisional bisa dengan mudah beradaptasi dengan gaya kehidupan sehari-hari, tanpa kehilangan kesan autentiknya. Sehingga, fashion dapat lebih universal dan dapat diterima di berbagai kalangan, sekalipun kalangan anak muda. Pengaruh Keindahan Alam Sumba Terhadap Fashion Keindahan alam Sumba yang memuka turut serta enambah kedalaman makna dari fashion yang ditampilkan dalam film ini. Dengan latar belakang pantai eksotis, perbukitan hijau, dan desa-desa yang kuat akan budaya tradisional khas lokal, penggunaan kain tenun ikat Sumba menjadi elemen yang kuat untuk menunjukkan identitas dan kekayaan budaya di Indonesia, terutama saat dipadu dengan busana yang lebih modern. Hal ini juga menunjukkan bagaimana kain tenun yang dikenal sebagai salah satu produk tekstil berkualitas tinggi dari Sumba, tidak hanya sebagai pakaian saat upacara adat saja, tetapi juga dapat menjadi pilihan sehari-hari dengan tetap stylish dan kekinian. Melalui padu padan gaya di film ini, diharapkan dapat memperkenalkan kain tenun Sumba di mancanegara. Dampak dan Apresiasi dalam Dunia Fashion “Susah Sinyal” tidak hanya berperan sebagai film hiburan, tetapi juga membantu mempopulerkan kain tenun ikat Sumba dalam industri fashion Indonesia. Setelah film ini, semakin banyak merek lokal di industri kreatif yang mulai mengembangkan koleksi busana dengan memanfaatkan kain tenun Sumba. Desain-desain ini kini lebih modern dan adaptif, memungkinkan kain tradisional ini dipakai dalam berbagai kesempatan, bukan hanya di acara formal, tetapi juga untuk gaya kasual sehari-hari. Sebelumnya, kain tenun Sumba sangat jarang digunakan untuk busana sehari-hari karena harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Namun, kini kain tenun semakin mendapat tempat dalam dunia fashion modern Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kain tradisional Indonesia, selain memiliki nilai budaya yang tinggi, juga dapat terus berkembang agar tetap relevan sepanjang masa. Melalui film “Susah Sinyal”, diharapkan kain tenun Sumba bisa lebih dikenal dan diapresiasi, serta lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Film ini membuka peluang bagi warisan budaya tradisional untuk diperkenalkan lebih luas, menginspirasi penonton untuk menghargai dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa.
  • @reelinsiderindonesia
  • @reeledupark
  • Reel Talk +62

© 2025 reelinsidermedia.com

bottom of page