top of page

Gina S Noer: Sutradara Wanita yang Peka Akan Fenomena Remaja

Updated: Mar 13




Mengenal lebih dekat Retna Ginatri S. Noer atau yang kerap disapa Gina S. Noer. Wanita kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 24 Agustus 1985 ini merupakan seorang penulis, produser, dan juga sutradara. Mengawali karir pada tahun 2004, Gina sukses memenangkan Close Up Movie Competition melalui film pendek berjudul Ladies Room.


Gina memulai debut pertama sebagai sutradara di tahun 2019 untuk film Dua Garis Biru, yang berhasil meraih 2.538.473 jumlah penonton. Film tersebut mengangkat tentang isu kehamilan di luar pernikahan, yang dibintangi oleh Zara Adhisty (Dara) dan Angga Yunanda (Bima) sebagai sepasang kekasih remaja SMA yang terpaksa menikah karena berhubungan intim di luar pernikahan.


Isu hamil di luar nikah memang menjadi polemik yang sensitif di Indonesia, mengingat bahwa negara ini menjunjung tinggi norma sosial dan prinsip beragama. Gina sebagai penulis dan sutradara film tersebut, bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang sex education dan keterbukaan di lingkungan keluarga, sebagai bentuk refleksi akan fenomena remaja dilansir dalam Viva.co.id.


Diperlukan 10 tahun untuk menamatkan draf penulisan cerita di balik film Dua Garis Biru sejak tahun 2008 hingga 2018, diungkapkan oleh Gina di salah satu wawancaranya saat acara Festival Film Bandung 2019 di Bandung Barat yang dilansir dalam kompas.com.


Untuk mendapatkan eksekusi yang kena di hati penonton, terutama orang tua, Gina sangat memperhatikan setiap ide dan konsep cerita film tersebut. Dalam mendalami penulisan, Gina juga banyak belajar dan menggali lebih dalam sebagai seorang ibu melalui kehidupan pribadinya, untuk dituangkan ke dalam naskah.


Gina juga beruntung karena dibebaskan dalam mengeksplor konsepnya melalui visualisasi adegan dalam film. Sehingga, ide yang sudah tertanam selama hampir sepuluh tahun tersebut dapat menjadi karya yang matang untuk diproduksi.


Walaupun demikian, film Dua Garis Biru sempat menjadi kontroversi setelah mendapatkan pertentangan melalui petisi online berjudul "Jangan Loloskan Film yang Menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah!" dalam situs Change.org yang diinsiasi oleh Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia, karena dinilai dapat merusak moral anak bangsa.


Kepekaan Gina terhadap fenomena remaja juga tertuang dalam film berjudul Like & Share (2022). Mengangkat tentang masalah remaja di era digital yang kompleks dengan bumbu kekerasan seksual. Berawal dari keresahan Gina tentang pornografi yang tidak lagi tabu di kalangan remaja, tetapi malah menjadi konsumsi yang membuat kecanduan. Lagi dan lagi, masalah tentang sex education harus lebih dipahami oleh remaja Indonesia, agar tidak sembarangan dan terjebak menjadi korban kekerasan seksual di dunia maya. Film Like & Share dibintangi oleh Aurora Ribero (Lisa ) dan Arawinda Kirana (Sarah).


Kedua film di atas dapat menjadi refleksi untuk remaja dan orang tua, agar lebih aware terhadap pentingnya menjaga batasan dan pengawasan dalam berperilaku, serta dapat kembali disaksikan di layanan Netflix.


Gina dan Karyanya.

Gina adalah sosok screenwriter dibalik naskah beberapa film legendaris dan populer di Indonesia, di antaranya adalah: film Ayat-ayat Cinta (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Habibie dan Ainun (2012), Rudy Habibie (2016), Posesif (2017), Keluarga Cemara (2019), Dua Garis Biru (2019), Ali & Ratu Ratu Queens (2021), Cinta Pertama, Kedua & Ketiga (2021), Dua Hati Biru (2024), dan masih banyak lagi.


Debutnya sebagai sutradara dalam film Dua Garis Biru melahirkan beberapa penghargaan di antaranya adalah Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik (Festival Film Indonesia 2019), Piala Citra untuk Penulis Skenario Adaptasi Terbaik (Festival Film Indonesia 2019), Piala Maya untuk Penulisan Skenario Asli Terpilih | Piala Maya untuk Penulisan Skenario Adaptasi Terpilih, Festival Film Bandung untuk Penulis Skenario Asli Terpuji (untuk film Dua Garis Biru), JAFF-ISA (Indonesian Screen Awards) untuk Best Screenplay (untuk film Dua Garis Biru), JAFF-ISA (Indonesian Screen Awards) untuk Best Director (untuk film Dua Garis Biru), JAFF-ISA (Indonesian Screen Awards) untuk Best Movie (untuk film Dua Garis Biru), dan Golden Gate Award (San Francisco International Film Festival) untuk Best Screenplay film Dua Garis Biru.

 
 
 

Comentarios


  • @reelinsiderindonesia
  • @reeledupark
  • Reel Talk +62

© 2025 reelinsidermedia.com

bottom of page