top of page

Evolusi Aksen Renda Pada Kebaya Indonesia



Sumber: Tribunstyle.com (cuplikan film Kartini)
Sumber: Tribunstyle.com (cuplikan film Kartini)

Jika menonton film yang berlatar tentang sejarah Indonesia, khususnya berlokasi di tanah Jawa, tentunya sudah tidak asing dengan tokoh wanita yang menggunakan kebaya sebagai busana sehari-hari. Dua contoh film tanah air yang memperlihatkan penggunaan kebaya seperti film Kartini (2017) dan Bumi Manusia (2019), menjadi elemen penting sebagai bentuk representasi budaya, terutama di era kolonialisme.


Penggunaan kebaya sebagai busana tradisional sampai sekarang masih terus eksis di berbagai kalangan. Namun, terdapat cerita menarik di balik kebaya berwarna putih yang dilengkapi dengan aksen renda atau berbahan brokat. Sebuah fakta yang masih jarang diketahui banyak orang, bahwa kebaya brokat beraksen renda nyatanya bukanlah 100% pakaian tradisional Jawa, melainkan serapan dari gaun wanita Belanda di era kolonialisme dahulu.


Di zaman dahulu, kebaya digunakan sebagai busana wanita etnis Jawa di Indonesia. Hal tersebut berubah saat memasuki abad ke-19, tepatnya saat kebangkrutan VOC yang membuat pemerintah Belanda mengambil alih tanah Hindia, hingga terjadi fenomena kedatangan wanita-wanita Eropa ke Jawa. Membuat kebaya dapat digunakan oleh semua kalangan dari berbagai kelas sosial, walaupun ada pengecualian untuk wanita Eropa ketika menghadiri acara resmi pemerintahan.


Salah satu yang mendasari perubahan desain kebaya yang sebelumnya hanya kain dan kemben, yaitu keberadaan wanita Eropa yang harus beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Pemakaian gaun berlapis tentunya tidak cocok dengan kondisi cuaca dan udara Indonesia yang lebih hangat. Dengan demikian, wanita Belanda menciptakan pakaian berwarna putih dari kain halus, dengan motif brokat atau renda yang dijahit di tepi sebagai aksennya, untuk digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Renda digunakan sebagai motif representasi gaun khas Eropa, yang biasa digunakan oleh wanita Belanda kala itu.


Tidak hanya di daerah Jawa, kebaya renda juga dibawa oleh para bangsawan Eropa ke Sulawesi Utara dan Maluku, yang hingga kini terkenal dengan sebutan ‘Kebaya Noni’ dan masuk ke dalam salah satu warisan budaya Sulawesi Utara. 


Kebaya putih dengan renda atau brokat merupakan contoh akulturasi budaya Nusantara dan Eropa, yang juga disebut sebagai kebudayaan Indis. Kebaya ala Eropa ini dahulu menjadi tren, dengan bawahan batik 'Buketan' (Bouquette) bermotif flora, yang menandai status sosial dan identitas Eropa. Sebab saat itu, bahkan hingga kini, batik bermotif 'Sogan' sebagian besar dari motifnya (seperti parang), hanya boleh dipakai oleh keluarga bangsawan keraton dan bukan masyarakat umum.


Saat ini, kebaya model renda dapat dengan mudah ditemukan, tentunya dengan gaya yang lebih modis dan bordir yang lebih variatif. Dengan menonton kembali film tentang sejarah Indonesia, tentunya membuka kembali banyak pengetahuan baru di dalamnya.


 
 
 

Comments


  • @reelinsiderindonesia
  • @reeledupark
  • Reel Talk +62

© 2025 reelinsidermedia.com

bottom of page