top of page
< Back

Mengapa Film horror Jatuh Cinta Dengan Banyuwangi?

A.Meena

Mengapa Film horror Jatuh Cinta Dengan Banyuwangi?

Genre film horor di Indonesia cukup merajai pasar industri sinema selama bertahun-tahun.  Ketertarikan masyarakat terhadap cerita mistis, selalu diwujudkan dengan kehadiran film  horor di bioskop dan platform digital setiap tahunnya. Dengan latar cerita yang beragam,  film horor selalu memiliki daya tariknya tersendiri.   


Produksi film horor Indonesia secara umum tidak lepas dari unsur budaya lokal yang  ditampilkan dari berbagai sisi, seperti kisah spiritual, legenda, hingga pengalaman langsung  masyarakat. Detail penting seperti lokasi juga memegang peran penting dalam eksekusi  cerita. Salah satu lokasi yang dianggap mistis dan sering dijadikan lokasi syuting film horor  adalah kota Banyuwangi, Jawa Timur.  


Terdapat beberapa film yang mengambil lokasi syuting di Banyuwangi di antaranya adalah  Kafir: Bersekutu dengan Setan, Lemah Santet Banyuwangi, Perempuan Tanah Jahanam,  Petualangan Anak Penangkap Hantu, dan Sorop. Selain itu, lokasi Desa Penari Banyuwangi  juga semakin disorot setelah rilisnya film KKN di Desa Penari pada tahun 2022. Hal ini  menyoroti bagaimana Banyuwangi menyimpan cerita yang kuat, hingga membuat film horor  jatuh cinta dengan Banyuwangi.   


Sejarah Banyuwangi  

Pada zaman dahulu, daerah paling timur Pulau Jawa dipimpin oleh seorang raja bernama  Prabu Sulahkromo. Ia dibantu oleh Patih Sidopekso yang mempunyai istri bernama Sri  Tanjung. Karena keindahan paras Sri Tanjung, Prabu Sulahkromo menaruh hati padanya.  Prabu Sulahkromo mulai berpikir licik demi mendapatkan hati Sri Tanjung, yaitu dengan cara  memberikan tugas berat kepada Patih Sidopekso yang membuat ia harus pergi  meninggalkan istrinya. Kepergian Patih Sidopekso dalam menjalankan tugasnya, membawa  Prabu Sulahkromo melancarkan aksi liciknya kepada Sri Tanjung, dengan mencoba  merayunya.  


Saat Patih Sidopekso kembali, sang raja mengarang cerita untuk mencemarkan nama baik Sri  Tanjung. Patih Sidopekso yang kalap kemudian menghabisi nyawa Sri Tanjung. Sebelum  meregang nyawa, Sri Tanjung memohon agar jasadnya dilempar ke sungai yang keruh. Ketika  darahnya membuat air sungai berbau busuk, maka ia berdosa, namun bila udara sungai  berbau harum, maka ia tak bersalah. Seusai dibunuh, jasad Sri Tanjung dilempar ke sungai  dan sungai yang keruh itu perlahan-lahan berubah menjadi jernih serta menyebarkan aroma  wangi. Patih Sidopekso yang terperanjat kemudian berteriak "Banyu..... ... wangi.............  Banyu wangi…..”.  


Selain itu, tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah penting yang diangkat  sebagai hari jadi Banyuwangi. Peristiwa puncak perang Puputan Bayu tersebut didahului  oleh penyerangan pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger (putra Wong  Agung Wilis) ke benteng VOC pada tahun 1768, namun sayangnya peristiwa tersebut tidak  tercatat secara lengkap. Asal mula banyuwangi terhubung erat dengan kejayaan Blambangan  dan pengaruh kekuasaan VOC, mengingat tempat yang akhirnya menyandang nama  banyuwangi menjadi sebab langsung dari perang Puputan Bayu.  


Kisah Mistis Banyuwangi   

1. Alas Purwo  

Banyak orang beranggapan bahwa tempat ini merupakan hunian bangsa jin. Banyak  cerita dari masyarakat yang mengatakan bahwa hawa dan suasana tempat ini terasa  mistis, hingga mengalami kejadian aneh seperti dipanggil oleh makhluk tak kasat  mata. Terdapat juga mitos tentang keris peninggalan kerajaan Majapahit yang  mengundang sebagian orang untuk bertapa. Hal lain juga dikaitkan adalah sebutan  Banyuwangi sebagai kota santet.  

2. Rowo Bayu  

Kisah mistis tentang penampakan siluman buaya putih yang merupakan jelmaan  seorang putri di Rowo Bayu, cukup populer di kalangan warga lokal. Hal tersebut  diungkapkan oleh beberapa pengunjung yang datang. 

3. Tempat Nyi Roro Kidul  

Sebagian masyarakat juga percaya atas kehadiran sosok Nyi Roro Kidul yang seringkali  bersinggah di wilayah sekitar Banyuwangi.  


Faktanya, Banyuwangi memang terkenal indah akan destinasi magis seperti Alas Purwo dan  Desa Penari. Keindahan Alas Purwo juga  menjadi ikon yang cocok, ketika teringat tempat  untuk syuting di hutan Jawa. Keindahan alam dan kisah mistis Banyuwangi yang menyangkut  budaya dan legenda lokal, menjadi kesatuan yang padu untuk disaksikan di layar lebar.

  • @reelinsiderindonesia
  • @reeledupark
  • Reel Talk +62

© 2025 reelinsidermedia.com

bottom of page